Wikipedia

Hasil penelusuran

Sabtu, 11 Oktober 2014

istilah Dalam K3 (1)

prinsip dasar K3, yaitu : 

1. Work should take place in a safe and healthy working environment

2. Conditions of work should be consistent with workers well-being and human dignity

3. Work should offer real possibilities for personal achievement, self-fulfilment, and service to society


Points of concern

1. Penerapan prinsip-prinsip sains (application of scientific principles)

2. Pemahaman pola risiko (understanding the nature of risk)

3. Ruang lingkup keilmuan K3 cukup luas baik didalam maupun diluar industri

4. K3 merupakan multidisiplin profesi

5. Ilmu-ilmu dasar yang terlibat dalam keilmuan K3 adalah fisik, kimia, biologi, dan ilmu-ilmu perilaku

6. Area garapan : industri, transportasi, penyimpanan dan pengelolaan material, domestik dan kegiatan lainnya seperti rekreasi



Keselamatan (Safety)

1. Mengendalikan kerugian dari kecelakaan (control of accident loss)

2. Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan (mengontrol) resiko yang tidak bisa diterima (the ability to identify and eliminate unacceptable risks)



Kesehatan (Health)

Derajat atau tingkat keadaan fisik dan psikologi individu (the degree of physiological and psychological well being of the individual)

Tujuan safety:

1. Mengamankan suatu sistem kegiatan / pekerjaan mulai dari input, proses maupun output. Kegiatan yang dimaksud bisa berupa kegiatan produksi di dalam industri maupun diluar industri seperti di sektor public dan yang lainnya.

2. Selain itu penerapan program safety juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan (well-being)


DEFINISI INCIDENT

adalah Suatu kejadian yang tidak diinginkan, bilamana pada saat itu sedikit saja ada perubahan maka dapat mengakibatkan terjadinya accident.


DEFINISI ACCIDENT

adalah Suatu kejadian yang tidak diinginkan berakibat cedera pada manusia, kerusakan barang, gangguan terhadap pekerjaan dan pencemaran lingkungan.


DANGER

Merupakan tingkat bahaya dari suatu kondisi dimana atau kapan muncul sumber bahaya. Danger adalah lawan dari aman atau selamat



“RISK”

Resiko adalah ukuran kemungkinan kerugian yang akan timbul dari sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi.



PENILAIAN RESIKO

Adalah pelaksanaan metode-metode untuk menganalisa tingkat resiko, mempertimbang-kan resiko tersebut dalam tingkat bahaya (danger) dan mengevaluasi apakah sumber bahaya itu dapat dikendalikan secara memadai serta mengambil langkah-langkah yang tepat.



The chance of loss or gain

Untuk menentukan resiko membutuhkan perhitungan antara konsekuensi/ dampak yang mungkin timbul dan probabilitas, yang biasanya disebut sebagai tingkat resiko (level of risk).



HARM

Adalah kerusakan atau bentuk kerugian berupa kematian, cidera, sakit fisik atau mental, kerusakan properti, kerugian produksi, kerusakan lingkungan atau kombinasi dari kerugian-kerugian tadi.



“HAZARD”

Adalah sumber bahaya potensial yang dapat menyebabkan kerusakan (harm).

Hazard dapat berupa bahan-bahan kimia, bagian-bagian mesin, bentuk energi, metode kerja atau situasi kerja.



ISMEC

Identification of work.

(Elemen program dan aktivitas untuk mencapai hasil)

Standard.

(Penetapan standar kinerja)

Measurement.

(Pengukuran kinerja, pencatatan & pelaporan)

Evaluation.

(Evaluasi kinerja dengan mengukur dan membanding).

Commendation and Correction.

(Penyempurnaan terus menerus)



AMAN (SELAMAT)

Aman (safe) adalah suatu kondisi dimana atau kapan munculnya sumber bahaya telah dapat dikendalikan ke tingkat yang memadai, dan ini adalah lawan dari bahaya (danger).



Langkah Penanggulangan Kecelakaan Kerja

(Menurut ILO)



PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Ketentuan & syarat K3 mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik & teknologi

Penerapan ketentuan & syarat K3 sejak tahap rekayasa

Penyel pengawasan & pemantauan pelak K3


STANDARISASI

Standar K3 maju akan menentukan tkt kemajuan pelak K3

INSPEKSI / PEMERIKSAAN

Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi tempat kerja masih memenuhi ketentuan & persyaratan K3

RISET TEKNIS, MEDIS, PSIKOLOGIS & STATISTIK

Riset/penelitian untuk menunjang tingkat kemajuan bidang K3 sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik & teknologi 


PENDIDIKAN & LATIHAN

Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan & keterampilan K3 bagi Tenaga Kerja


PERSUASI

Cara penyuluhan & pendekatan di bidang K3, bukan melalui penerapan & pemaksaan melalui sanksi-sanksi


ASURANSI

Insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan dengan pembayaran premi yg lebih rendah terhadap peusahaan yang memenuhi syarat K3 


PENERAPAN K3 DI TEMPAT KERJA

Langkah-langkah pengaplikasikan di tempat kerja dalam upaya memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja

ALARP

As 
Low
As
Reasonable
Practice

Senin, 22 September 2014

susunan (buat) paper (njang baik).

Bagi Mahasiswa (cie mahasiswa) yang ingin mengetahui informasi Cara Membuat Makalah Yang Baik dan Benar, berikut rangkuman caranya:

Langkah-Langkah Dalam Membuat Makalah:
1. Sebelum memulai membuat makalah maka anda wajib mempelajari dan menganalisa topik yang akan ditulis.
2. Menyusun pola pikir.
3. Mengumpulkan bahan-bahan materi.
4. Dalam menulis sebuah makalah kita dituntut untuk:
- Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
- Menyusun kalimat agar lebih mudah dipahami
- Singkat, padat, dan jelas dalam uraian
- Rangkaian uraian yang berkaitan

Struktur Penulisan Makalah
1. Lembar Judul atau Jilid
- Judul makalah
- Nama dan Nim
- Nama dan Tempat Perguruan Tinggi
- Tahun
2. Lembar Pengesahan
3. Kata Pengantar
4. Daftar Isi
5. Daftar Gambar
6. Daftar Tabel
7. Tubuh Makalah
a. Pendahuluan : Terbagi menjadi 3 Sub Bab
1. Latar belakang
2. Ruang lingkup
3. Maksud dan tujuan penulisan
b. Pembahasan
c. Penutup
- Kesimpulan
- Saran
d. Daftar Pustaka
e. Lampiran

Format Ukuran Kertas dan Sampul Pembuatan Makalah
a. Kertas : A4 80 gram
b. Sampul : Kertas Buffalo warna Kuning
c. Font : Arial
d. Size : 12
e. Spasi : 1,5
f. Margin
- Atas : 4 cm
- Kiri : 4 cm
- Bawah : 3 cm
- Kanan : 3 cm
g. Makalah ditulis minimal 10 halaman belum termasuk halaman Judul, Lampiran, dan Daftar Pustaka.
h. Nomor Halaman
- Letak di kanan atas
- Angka i,ii,iii,dst. Mulai dari kata pengantar sampai dengan sebelum Bab Pendahuluan.
- Angka 1,2,dst. Mulai dari Pendahuluan sampai dengan akhir.

Kamis, 08 Oktober 2009

KARBON MONOKSIDA BERISIKO TERHADAP BAYI BERAT LAHIR RENDAH


KARBON MONOKSIDA BERISIKO TERHADAP BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)?

Pada pertengahan tahun 1970-an beberapa pakar melaporkan adanya tanda bahwa polusi udara mungkin lebih berbahaya di dapur rata-rata rumah dibanding di luar rumah yang dekat dengan jalan raya (Haryoto, 1995 : 50) . Adapun sumber polusi dalam rumah adalah pembakaran dalam rumah untuk keperluan memasak dan pemanas ruangan. Gas alam yang merupakan bahan bakar yang paling umum digunakan terutama menghasilkan nitrogen dioksida dan karbon monoksida bersama dengan produk pembakaran yang tidak berbahaya. Jika kayu dibakar dalam suatu perapian atau untuk memasak (yang dilakukan dibanyak negara), selain polutan tersebut akan ditambahkan lagi partikulat dan sejumlah besar hidrokarbon. Paparan karbon monoksida selama masa kehamilan “mungkin” berhubungan dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan mungkin mengurangi kemampuan mental anak (WHO, 1996)

Apakah Carbon Monoksida itu ?

CO adalah gas yang mudah terbakar,tidak berwarna dan tidak berbau. CO ada dimana mana di sekitar lingkungan kita, diproduksi oleh pembakaran yang tidak sempurna. Menurut Lioy dan Daisey (1987) Karbon Monoksida dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar fosil. Sedangkan menurut Manahan (1992) karbon monoksida adalah gas industri beracun yang diproduksi oleh pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar carbonous. Sumber karbon monoksida dari lingkungan diluar tempat kerja adalah pemanas ruangan, tungku perapian dan pembakaran mesin, batu bara, kayu bakar, juga dihasilkan dari dalam tubuh oleh katabolisme dari hemoglobin dan protein heme.

Standar utama untuk udara ambien dari karbon monoksida adalah 9 ppm untuk rata-rata waktu 8 jam, dan 35 ppm untuk standar waktu 1 jam (Nebel dan Wright, 1993), sedangkan WHO merekomendasikan sebagai berikut,

a.100 mg/m3 (87 ppm) selama 15 menit

b. 60 mg/m3 (52 ppm) selama 30 menit

a. 30 mg/m3 (26 ppm) selama 1 jam

b. 10 mg/m3 (9 ppm) selama 8 jam

Berdasarkan “Fairbank North Star Borough Environmental Services “ (Tom Gosink, 1983) menggunakan kriteria sebagai berikut :

a. Kualitas udara baik, kandungan CO kurang dari 9 ppm

b. Kualitas udara sedang, kandungan CO 9 – 15 ppm

c. Kualitas udara buruk, kandungan CO lebih dari 15 ppm.

Menurut WHO (1999) ada kesamaan antara asap rokok dengan asap dari bahan pembakaran biomassa. Pemakaian bahan bakar kayu dan arang untuk keperluan memasak di wilayah perkotaan maupun pedesaan secara rata-rata adalah 87,4 % dari total penggunaan bahan bakar pada tahun 1971 kemudian menjadi 70,9 % pada tahun 1990 (Depkes, 1997). Berdasarkan survei pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga di Jawa Tengah tahun 1999, pengeluaran rata-rata per Kapita untuk pembelian kayu bakar dan bahan bakar lain adalah Rp. 3.093. lebih tinggi dari pengeluaran untuk minyak tanah (Rp 1.093) dan LPG (Rp. 43).

Di negara –negara berkembang, masalah polusi udara dalam ruangan yang penting adalah polusi dalam rumah, dimana ada yang memasak dan atau membakar kayu untuk pemanasan tanpa cerobong asap yang memadai. Menurut Sumarwoto (2001), pengunaan bahan bakar biomassa (BBB) pada tingkat nasional sekitar 80 % jumlah rumah tangga menggunakan BBB yang terdiri atas kayu, residu pertanian, dan arang. Di daerah perdesaan lebih dari 90 % rumah tangga (BPS,1990). Pembakaran kayu bakar menghasilkan antara lain, CO, SO2, NOx, ammonia, HCL, hidrokarbon, antara lain formaldehide, benzene, dan benzo(a)pyrene yang merupakan karsinogen potensial dan partikulat (SPM=suspended particulate matter). SPM , hidrokarbon dan CO dihasilkan dalam kadar yang tinggi.

Metabolisme dan Interaksi Biokimia

Lebih kurang 80 % - 90 % dari jumlah CO yang diabsorbsi berikatan dengan hemoglobin, membentuk carboxyhemoglobin (HbCO). HbCO menyebabkan lepasnya ikatan oxyhemoglobin dan mereduksi kapasitas transport oksigen dalam darah. Afinitas ikatan karbon monoksida dan hemoglobin adalah 200 – 250 kali dari oksigen (WHO,1996), 200-300 kali (Kindwall,1994 ), 200 kali (James,1985). Karbon monoksida masuk kedalam aliran darah melalui paru-paru dan bereaksi dengan hemoglobin (Hb) dengan reaksi sebagai berikut :

O2 + CO COHb + O2 (Manahan,1992)

Carboxyhemoglobin beberapa kali lebih stabil dibandingkan dengan oxyhemoglobin sehingga reaksi ini mengakibatkan berkurangnya kapasitas darah untuk menyalurkan O2 kepada jaringan tubuh. Jika kita duduk di udara dengan kadar karbon monoksida 60 bpj selama 8 jam, maka kemampuan mengikat oksigen oleh darah itu turun sebanyak 15 % , sama dengan kehilangan darah sebanyak 0,5 liter (A. Tresna S,1991). Paparan dari karbon monoksida menghasilkan hypoxia pada jaringan. Hypoxia menyebabkan efek pada otak dan perkembangan janin. Efek pada sistem kardiovaskuler terjadi pada HbCO kurang dari 5 % ( WHO,1996).

Efek Toksik

Kombinasi dari penurunan kapasitas oksigen yang dibawa dalam darah, merusak pelepasan oksigen ke jaringan dan mempengaruhi proses oksidasi intraselular yang menyebabkan hypoxia jaringan merupakan proporsi antara HbCO jenuh dan kebutuhan oksigen. Otak, system cardiovascular, kelenturan otot skeletal, dan perkembangan janin adalah jaringan yang paling sensitive terhadap hypoxia (WHO, 1996). Dengan demikian toksik efek berhubungan dengan fungsi neurobehavioural, kapasitas latihan cardiovascular, dan efek- efek pada pertumbuhan. Seorang peneliti menemukan bahwa, anjing yang terpapar 100 ppm karbon monoksida selama 5,75 jam/hari, selama 6 hari perminggu untuk waktu 11 minggu menunjukkan tidak ada perubahan elektroenchephalographic tetapi menunjukkan kegagalan psychomotor dan kerusakan cerebral corteal yang cenderung diikuti kerusakan jalan pembuluh darah (Kindwall, 1994).

Lebih lanjut paparan karbon monoksida dapat mereduksi kapasitas penampilan aktifitas fisik pada level diatas 2,5 %. Orang dengan penyakit arteri coronary sangat sensitif terhadap karbon monoksida. Penurunan waktu pelatihan terhadap serangan anguna atau ischemia telah diamati pada HbCO level serendah 3 % dan peningkatan ventricular arrythmias pada HbCO level 6%. Menurut Manahan (1992) kadar 100 ppm menyebabkan pusing, sakit kepala dan kelelahan ; kadar 250 ppm menyebabkan kehilangan kesadaran ; dan kematian cepat pada 1000 ppm.

Menurut Sodeman (1995), jaringan yang paling mudah mengalami kerusakan oleh gas CO adalah otak dan miokardium karena kedua jaringan ini mengkonsumsi oksigen paling banyak. Kelainan serebral atau miokardial yang sudah ada sebelumnya merupakan faktor predisposisi terjadinya akibat-akibat merugikan pada kadar yang tidak menimbulkan gangguan pada orang normal. Gejala sisa lanjut mencakup demielinasi yang fatal, disfungsi serebral permanen, neuropati perifer dan bebagai akibat terhadap sistem hantaran jantung. Gas CO juga memegang peranan penting sebagai penyebab aterosklerosis. Timbunan kolesterol dalam aorta pada kelinci semakin dipercepat oleh anoksia akibat menurunnya tekanan parsial O2 atau akibat sedikit meningkatnya gas CO dalam atmosfer. Anoksia akan meningkatkan permeabilitas dinding arteri terhadap protein serum kalau diukur dengan protein berlabel isotop. Paparan kronis terhadap gas CO kadar rendah dapat menimbulkan akibat yang bermakna pada pembuluh pembuluh arteri lewat keadaan hipoksia derajat ringan. Pasien yang sudah menderita penyakit koroner dengan angina pektoris mempunyai batas keamanan yang kecil sehingga peningkatan kadar COHb dapat mencetuskan serangan nyeri iskemik.

Berikut pengaruh CO Hb ( dalam %) terhadap kesehatan :

- <>

- 1,0 – 2,0 :Penampilan agak tidak normal

- 2,0 – 5,0 :Pengaruhnya terhadap sistem syaraf sentral, reaksi panca indra tidak

normal, pandangan kabur.

- 5,0 : Perubahan fungsi jantung

- 10,0 -80,0 : Kepala pusing, mual, berkunang-kunang,pingsan,kesukaran

bernafas,kematian

(Sumber : Philip Kristanto ( 2002), Ekologi Industri.)

Persentase ekuilibrium COHb di dalam darah manusia yang mengalami kontak

dengan CO pada konsentrasi kurang dari 100 ppm dapat ditentukan berdasarkan

persamaan sebagai berikut :

% COHb dalam darah = 0,16 x [konsentrasi CO diudara(ppm)] +0,5

Nilai 0,5 merupakan persentase normal COHb dalam darah.

Berdasarkan rumus tersebut konsentrasi CO di udara dengan konsentrasi COHb di dalam darah dapat digambarkan sebagai berikut :

- Konsentrasi CO di uadara 10 ppm= 2,1 % CO Hb di dalam darah

- Konsentrasi CO di uadara 20 ppm= 3,7 % CO Hb di dalam darah

- Konsentrasi CO di uadara 30 ppm= 5,3 % CO Hb di dalam darah

- Konsentrasi CO di uadara 50 ppm= 8,5 % CO Hb di dalam darah

- Konsentrasi CO di uadara 70 ppm= 11,7 % CO Hb di dalam darah

(Sumber : Srikandi Fardiaz ( 1992),Polusi Udara dan Air.)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi BBLR

Faktor –faktor yang mempengaruhi BBLR (Mariyati Sukarni,1989 : 25) adalah :

a. Status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan

b. Perioda gestasi paling sedikit 8 bulan, jarak paling ideal anatara 18 – 36 bulan, jika pernah terjadi komplikasi.

c. Umur ibu, antara 20 – 35 tahun adalah umur-umur paling baik untuk kehamilan

d. Jumlah kehamilan dimana paling ideal adalah kurang dari 4

e. Pemeriksaan kehamilan, paling sedikit 3 kali kunjungan. Kunjungan pertama segera setelah diketahui adanya kehamilan.

Sedangkan menurut Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tahun 2000, hal V, penyebab BBLR adalah akumulasi dari kurang energi protein, anemia kurang zat besi, tingkat pendidikan yang rendah, kurangnya pengetahuan tentang KB dan kawin muda atau hamil pada usia sebelum 20 tahun.

Penyebab lain yaitu……………

Carbon Monoksida dan BBLR

Penulis :

I Dewa MW,Staf PL Dinkes Prop. Jateng

Rabu, 07 Oktober 2009

kesehatan Masyarakat Ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran pencegahan

kesehatan Masyarakat
Ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran pencegahan
Kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang adekuat untuk menjaga kesehatannya.
Definisi ini mengandung aspek kedokteran pencegahan yang menyangkut praktek dokter yang berkaitan dengan individu/perorangan, dan petugas kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan sekelompok individu atau masyarakat.
Dari definisi ini dikembangkan pengertian kedokteran pencegahan/preventive medicine. Kedokteran pencegahan adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental dan efisiensi, untuk berbagai kelompok dan masyarakat oleh petugas kesehatan masyarakat, untuk perorangan dan keluarga oleh dokter umum dan dokter gigi melalui proses kegiatan perorangan dan masyarakat.
Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk penyakit di kenal tiga tahap pencegahan:
Pencegahan primer: promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific protection).
Pencegahan sekunder: diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), pembatasan cacat (disability limitation)
Pencegahan tersier: rehabilitasi.
Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya yang dilakukan ialah:
Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap masalah kesehatan.
Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, peningkatan ketrampilan remaja untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik dan untuk menanggulangi stress dan lain-lain.
Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit
Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), tujuan utama dari tindakan ini ialah 1) mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit menular, dan 2) untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.
Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi.
Pencegahan tersier
Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.
Adapun skema dari ketiga upaya pencegahan itu dapat di lihat pada gambar dua. Pada gambar dua proses perjalanan penyakit dibedakan atas a) fase sebelum orang sakit: yang ditandai dengan adanya keseimbangan antara agen (kuman penyakit, bahan berbahaya), host/tubuh orang dan lingkungan dan b) fase orang mulai sakit: yang akhirnya sembuh atau mati.
Gambar dua: Tingkat pencegahan penyakit (sumber: Leavel and clark, 1958)
Promosi kesehatan dilakukan melalui intervensi pada host/tubuh orang misalnya makan makanan bergizi seimbang, berperilaku sehat, meningkatkan kualitas lingkungan untuk mencegah terjadinya penyakit misalnya menghilangkan tempat berkembang biaknya kuman penyakit, mengurangi dan mencegah polusi udara, menghilangkan tempat berkembang biaknya vektor penyakit misalnya genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes, atau terhadap agent penyakit seperti misalnya dengan memberikan antibiotika untuk membunuh kuman.
Perlindungan khusus dilakukan melalui tindakan tertentu misalnya imunisasi atau proteksi pada bahan industri berbahaya dan bising . Melakukan kegiatan kumur-kumur dengan larutan flour untuk mencegah terjadinya karies pada gigi. Sedangkan terhadap kuman penyakit misalnya mencuci tangan dengan larutan antiseptik sebelum operasi untuk mencegah infeksi, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan untuk mencegah penyakit diare.
Diagnosa dini dilakukan melalui proses skrining seperti misalnya skrining kanker payudara, kanker rahim, adanya penyakit-penyakit tertentu pada masa kehamilan, sehingga pengobatan dapat dilakukan saat dini dan akibat buruknya dapat dicegah.
Kadang-kadang batas dari ketiga tahap pencegahan itu tidak jelas sehingga ada kegiatan yang tumpang tindih dapat digolongkan pada perlindungan khusus akan tetapi juga dapat digolongkan pada diagnosa dini dan pengobatan segera misalnya pengobatan lesi prekanker pada rahim dapat termasuk pengobatan dini dapat juga perlindungan khusus.
Selain upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier yang dikalangan dokter dan praktisi kesehatan masyarakat dikenal sebagai lima tingkat pencegahan, juga dikenal empat tahapan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat, empat tahapan itu (Rossenberg, Mercy and Annest, 1998) ialah:
Apa masalahnya (surveillance). Identifikasi masalah, apa masalahnya, kapan terjadinya, dimana, siapa penderitanya, bagaimana terjadinya, kapan hal itu terjadi apakah ada kaitannya dengan musim atau periode tertentu.
Mengapa hal itu terjadi (Identifikasi faktor resiko). Mengapa hal itu lebih mudah terjadi pada orang tertentu, faktor apa yang meningkatkan kejadian (faktor resiko) dan faktor apa yang menurunkan kejadian (faktor protektif).
Apa yang berhasil dilakukan (evaluasi intervensi). Atas dasar kedua langkah terdahulu, dapat di rancang upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah, menanggulangi dengan segera penderita dan melakukan upaya penyembuhan dan pendampingan untuk menolong korban dan menilai keberhasilan tindakan itu dalam mencegah dan menanggulangi masalah.
Bagaimana memperluas intervensi yang efektif itu (implementasi dalam skala besar). Setelah diketahui intervensi yang efektif, tindakan selanjutnya bagaimana melaksanakan intervensi itu di pelbagai tempat dan setting dan mengembangkan sumber daya untuk melaksanakannya.
Gambar 3. Empat tahapan kegiatan kesehatan masyarakat
Masalah Response
Sumber: Rossenberg, Mercy and Annest, 1998
Dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ilmu kesehatan masyarakat dan kedokteran pencegahan juga mengalami perkembangan. Beberapa perkembangan ilmu kesehatan masyarakat pada dekade terakhir ini (Wallace, 1998) ialah:
1) Peningkatan praktek manajemen pada pencegahan dan pelayanan kesehatan.
Ini ditandai dengan perhatian ahli kesehatan masyarakat pada standar pelayanan yang memperhatikan teknik peningkatan kualitas, pengukuran hasil/output dan outcome/dampak kegiatan kesehatan masyarakat.
2) Perluasan definisi dari populasi dan kelompok.
Pada umumnya populasi/penduduk yang merupakan target dari sasaran program kesehatan masyarakat, biasa di definisikan dalam bentuk wilayah geografis Pada saat ini definisi itu tidak hanya menyangkut geografis/wilayah akan tetapi juga menyangkut administratif atau kelompok misalnya pekerja, pemulung, profesional muda dan lain-lain. Akibatnya terbuka kesempatan yang luas untuk melakukan kemitraan antara pelbagai organisasi kesehatan masyarakat pemerintah maupun swasta. Dalam melakukan kegiatan kesehatan masyarakat dipelbagai setting.
3) Peningkatan dan penajaman definisi dan pengukuran status kesehatan.
Sepuluh tahun terakhir ini terjadi perkembangan yang pesat tentang cara mengukur kualitas kehidupan (Quality of Life) sebagai salah satu ukuran kesehatan, ukuran itu antara lain DALY (Disability Adjusted Life Year) yang mengukur beban penyakit yang dinyatakan dalam bentuk tahun kehidupan yang hilang karena kematian dan tahun kehidupan dengan cacat yang dikaitkan dengan derajad cacat yang di derita. Satu DALY adalah hilangnya satu tahun kehidupan yang sehat. Ukuran ini ikut berkontribusi terhadap pengertian akan status kesehatan dan upaya mencapai status kesehatan yang optimal. (WHO, 1999)
4) Peningkatan cara melakukan interpretasi ilmiah yang relevan terhadap program kesehatan masyarakat.
Peningkatan untuk melakukan interpretasi ilmiah atas praktek pencegahan dan penanggulangan dengan menggunakan fakta/evidence. Hal ini sejalan dengan perkembangan “evidence based-medicine“ (Kedokteran yang berdasarkan fakta, (Maynard, 1996, Sackett et al, 1996, Geyman 1998), sehingga mulai dikembangkan metode analisa yang dikenal dengan “evidence based public health“ atau kesehatan masyarakat yang berbasiskan fakta. (Kington, 1998)
5) Penekanan terhadap ukuran outcome/dampak.
Perkembangan kesehatan masyarakat berdasarkan fakta/evidence based practice mendorong lebih lanjut pada orientasi pada indikator dampak kesehatan masyarakat. Ini terutama untuk menilai dan melihat akibat dari suatu program kesehatan masyarakat, kalau pada masa lampau orientasi ditujukan pada proses/pelaksanaan dan hasil program, maka saat ini ada kecenderungan untuk menilai dampak dari program kesehatan masyarakat yang berarti memperhatikan dan mengukur secara keseluruhan keadaan masyarakat atau populasinya serta faktor faktor yang mempengaruhi secara makro.
6) Penekanan akan peran sentral dari masyarakat sebagai penentu peningkatan status kesehatan.
Kecenderungan untuk mengutamakan partisipasi aktif masyarakat dalam menetapkan tujuan upaya kesehatan masyarakat di tingkat lokal. Pendekatan ini mengutamakan masalah kesehatan masyarakat yang menjadi prioritas lokal untuk diatasi dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Contoh hal ini adalah pendekatan primary health care dan gerakan kota sehat yang dilakukan di pelbagai kota dan di pelbagai negara. (WHO, 1989, Harpham and Werna, 1996)
7) Aplikasi informasi kesehatan masyarakat.
Kemajuan teknologi informasi, sistem informasi dan globalisasi, mengakibatkan terjadinya peningkatan informasi kesehatan masyarakat. Oleh karena itu adanya informasi yang akurat, menyeluruh dan tepat waktu merupakan faktor penting yang menjadi syarat untuk menetapkan tujuan kegiatan dan monitoring program. Informasi klinis dan kesehatan masyarakat yang acapkali saling berkaitan menjadi amat penting dan dibutuhkan dan lebih mudah diperoleh pada masa kini akan tetapi faktor kerahasiaan pribadi dan etika serta siapa yang dapat menjangkau informasi perlu mendapat perhatian. Berkaitan dengan hal itu aspek etika pelayanan dan pengumpulan informasi menjadi salah satu perhatian ahli kesehatan masyarakat. Dalam kaitan itu berkembang perhatian terhadap etika dalam kesehatan masyarakat (ethics in public health, Last, 1998, Coughlin and Beauchamp, 1996) dan informatika kesehatan masyarakat (Public Health Informatica), yang didefinisikan sebagai aplikasi ilmu pengetahuan informatika dan teknologi informasi pada praktek dan penelitian kesehatan masyarakat. (WHO, 1998, Friede and Carrol, 1998). Informatika kesehatan masyarakat berkembang amat pesat sejalan dengan perkembangan teknologi informasi terutama internet dan timbulnya penyakit emerging dan re-emerging seperti misalnya wabah kolera di Bengal India yang menyebar ke kawasan Asia Selatan dan Tenggara, Penyakit mad-cow yang menyerang ternak di Inggris dan dikuatirkan menyebar keseluruh Eropa, penyakit jantung yang disebabkan coxsackie virus di Sarawak dan penyakit lainnya yang dikuatirkan dengan cepat menular ke bagian lain di dunia, karena transportasi dan perpindahan penduduk.
Perhatian akan pentingnya kesehatan internasional.
Timbulnya penyakit emerging dan re-emerging, serta dampak kesehatan dari praktek perdagangan Internasional (World Trade Organization dan GATT). Meningkatkan kesadaran akan pentingnya upaya kesehatan internasional sebab kesehatan suatu negara juga dipengaruhi kesehatan negara lain, masalah sebagai berikut ini di sadari masih perlu ditingkatkan pelaksanaannya oleh badan kesehatan Internasional seperti WHO, UNICEF dan lain-lain dengan kerjasama masing-masing negara: (Frenk, 1997)
Surveillance and kontrol penyakit yang menjadi ancaman regional dan global.
Peningkatan pengembangan penelitian serta teknologi masalah kesehatan global termasuk mekanisme pertukaran informasi.
Pengembangan standar dan norma sertifikasi internasional.
Perlindungan terhadap pengungsi internasional.
Dampak perjanjian kerja sama perdagangan internasional dan pengiriman bahan berbahaya bagi lingkungan dan manusia serta dampak dari teknologi medis.
This entry was posted on Thursday, November 15th, 2007 at 2:53 am and is filed under Web/Tech. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can skip to the end and leave a response. Pinging is currently not allowed.

PESTISIDA

Jurnalnet.com (Jakarta): Jangan heran bila Anda menemukan beragam pangan organik dari pertanian lokal ataupun im[orl yang meramaikan rak-rak penjualan di berbagai supermarket. Aneka produk yang ditawarkan bukan hanya sayuran dan buah-buahan. Tetapi pada saat ini juga ada produk lainnya, seperti ayam, telur kampung, dan susu organik.

Sebagian besar produk organik tesebut mengklaim bebas pestisida, pupuk kimia, hormon pertumbuhan, dan benih transgenik. Karena kondisi itulah, maka perbaikan mutu kehidupan dan gaya hidup sehat, yang memacu masyrakat untuk melaksanakan gerakan "Kembali ke Alam" (Back to Narute). Gerakan ini berdasarkan apa yang berasal dari alam adalah baik dan berguna, dan segalanya yang baik di alam itu selalu dalam keadaan keseimbangan. Dan, pangan organis telah menjadi pilihan utama untuk memenuhi gaya hidup sehat ini.

Kesehatan Jangka Panjang

Lalu, apa sih makanan organik itu? Hingga saat ini sebagian orang masih bertanya-tanya mengenai makanan organik. Ada yang mengatakan sebagai makanan segar tanpa bahan kimia dan pestisida. Namun, banyak juga yang menganggap makanan jenis ini merupakan makanan khusus bagi mereka yang "menganut" gerakan kembali ke alam.

Akan tetapi terlepas dari pernyataan itu, harus diakui jenis makanan ini cukup baik untuk mengurangi efek buruk racun dari aneka macam bahan kimia dan pestisida. Boleh dikatakan, istilah makanan organik tidak sepenuhnya merujuk pada obyek makanan tersebut. Tetapi berkaitan dengan bagaimana proses produksi dan pengolahan makanan. Jadi, tidak ada salahnya anggapan jenis makanan diproduksi tanpa mengunakan bahan-bahan kimia beracun.

Mengonsumsi produk pertanian organik ternyata memberi banyak keuntungan, diantaranya bisa memperbaiki bagi manusia maupun lingkungan, demikian menurut Dr Drajat Martianto, staf pengajar Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya keluarga, Fakultas Pertanian, IPB, dalam Simposium Nasional: Pertanian Organik: keterpaduan Teknik Pertanian Tradisional dan Inovatif," di Fakultas Pertanian, Institute Pertanian Bogor (IPB), Bogor. Dalam tulisannya,"Pangan Organik dan Kesehatan Pangan", ia menjelaskan beberapa keuntungan mengonsumsi produk pertanian organik.

"Di Eropa sekitar 94% masyarakat sudah melirik produk pertanian organik, dengan alasan untuk menjaga kesehatan jangka panjang," telah membuktikan bahwa manusia telah mulai memikirkan kesehatan, apakah untuk diri sendiri atapun lingkungan dalam waktu jangka panjang. Memang, ia pun mengakui bahwa produk pertanian anorganik lahir dari rasa kekhawatiran manusia akan ketersediaan pangan di atas bumi ini.

Selain itu, ada keinginan untuk menyempurnakan penampilan produk pertanian yang sesuai kehendak manusia. "Maka mulai dikembangkan berbagai zat kimia untuk mempercepat pertumbuhan dan memperbesar kuantitas yang diinginkan, salah satunya pestisida," ujarnya.

Namun, beberapa waktu kemudian kita mulai menyadari bahwa produk pertanian anorganik memiliki dampak negatif terhadap kehidupan manusia dan lingkungan. "Dari situlah muncul pemikiran untuk kembali ke alam dengan meminimalkan zat kimia beracun pada produk pertanian, dengan mengembangkan pertanian organik," katanya.

Menurutnya lagi, penanganan produk pertanian organik bisa dikembangkan dengan mengganti zat-zat kimia yang lebih bersahabat, seperti penggunaan rempah-rempah dan produk alami lainnya. Meskipun pananganan produk pertanian organik memerlukan perlakuan yang lebih spesifik, larena meminimalkan proses handling, seperti pengemasan dan lain-lain.

Bebas bahan kimia

Membicarakan masalah pangan organik, tidak bisa melupakan jasa Mokichi Okada pada tahun 1935. Dialah yang awalnya memperkenalkan pengertian pertanian organik. Konsep itu berkembang dari konsep pertanian akrab lingkungan yang kemudian dikenal dengan konsep Kyusei Nature Farming (KNF).

Konsep ini memiliki lima prinsip, yakni menghasilkan makanan yang aman dan bergizi, menguntungkan baik secara ekonomi maupun spiritual, mudah dipraktikkan dan mampu langgeng, menghormati alam dan menjaga kelestarian lingkungan, serta menghasilkan makanan yang cukup untuk manusia dengan populasi yang semakin meningkat.

Pangan organik menurut ahli teknologi pangan Prof Dr FG Winarno dalam tulisannya, Pengantar Pertanian Organik, yang disebut pertanian dan pangan organik adalah "pangan yang diproduksi tanpa pupuk kimia atau artifisial dan atau pestisida sentetis, tetapi menggunakan pupuk organik seperti menur dari kotoran dan feses ternak, yang dikenal sebagai pupuk kandang serta kompos yang terbuat darii limbah hasil panen yang telah mengalami fermetnasi spontan. Sedangkan yang dimaksud dengan pestisida alami, misalnya predator spesies binatang."

Pangan organis merupakan produk pangan segar seperti sayuran dan buah-buahan, setengah jadi atau pangan jadi (pangan olahan/PO). yang dihasilkan dari pengembangan pertanian organis. Pengembangan pertanian organis merupakan budidaya yang memperhatikan keharmonisan, keanekaragaman, dan kelestarian alam.

Praktiknya lebih banyak menggunakan bahan alami yang terdapat di alam, tanpa mengggunakan bahan kimia untuk pertanian, tidak mengandung bahan-bahan hasil rekayasa genetik, serta tidak menggunakan bahan-bahan iradiasi untuk tujuan pengawetan produk. Jadi, pangan organis menekankan pada tingkat seminimal mungkin penggunaan asupan non-alami.

Mengenali produk organik

Cara gampang untuk mengenali, apakah sayuran atau buah-buahan menggunakan pestisida adalah dengan memilih sayuran atau buah-buahan yang tidak terlalu mulus. Karena biasanya sayuran yang daunnya betul-betul mulus tanpa cela menunjukkan si petani menggunakan pestisida berlebihan. Sebaliknya, sayuran yang daunnya berlubang atau batangnya berulat menandakan petani menggunakan hanya sedikit atau tanpa pestisida. Itu sebabnya, di negara-negara maju justru sayuran atau buah-buahan yang cacat akibat digigt ulat, harganya lebih mahal dibandingkan yang mulus.

Sayuran organis seperti kacang panjang, buncis dan wortel terasa manis dan renyah, kesegarannya juga lebih tahan lama. Dan, nasi yang berasal dari beras organis beraroma wangi, empuk dan lebih awet. Namun mesti diingat bahwa cara di atas merupakan informasi awal untuk mengetahui keorganisan proudk, tetapi bukan jaminan keroganisan produk. karena tidak selalu organis berpenampilan tidak mulus, ini dapat diperoleh bila proses monitoring dalam proses budidaya dapat berjalan dengan baik. Kualitas pangan organis, ditentukan oleh bagaimana produk tersebut dihasilkan. Proses budidaya PO menjadi jaminan keorganisan pangan organis (organically produced).

Kandungan Nutrisi Sama

Ada anggapan bahwa bahan pangan organik lebih banyak mengandung nutrisi daripada bahan pangan biasa. Padahal sebenarnya, bahan pangan organik dan non organik memiliki kandungan danjumlah nutrisi yang sama. Yang membedakan hanyalah bahan pangan organik sama sekali tidak mengandung bahan pestisida. Sedangkan bahan pangan non-organik masih mengandalkan 'kesaktian' pupuk yang mengandung bahan kimia. Satu lagi, karsinogen yang terdapat du dalam sayuran selalu ada tanpa peduli itu tanaman organik atau bukan.

Walaupun belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan pangan yang dihasilkan dari pertanian organik lebih sehat, bergizi, dan aman, sebagian pakar mengatakan bahwa hasilmya relatif sama dengan pangan konvensional lainnya. Sebuah penelitian di Universty of Georgia menunjukkan bahwa pangan organik sedikit lebih besar peluangnya untuk tercemar E. Coli, bakteri dari kotoran sapi yang sering menyebabkan sakit perut.

Keunggulan pangan organik

- Bebas residu bahan kimia (pestisida, pupuk, hormon, pakan aditif)

- Aman bagi kesehatan

- Relatif tahan lama, basi dan busuk.

- Rasanay lebih enak (manis, renyah)

- Warna fisiknya lebih alami

- Harga relatif lebih baik/mahal

Pilihan terhadap pangan organik

- Terhindar residu pestisida kimia

- Terhindar antibiotik berlebih

- Mencegah penyaki yang timul sebagai ekses dari proses produksi (salmonella, Listeria, Campyla bacter, dsb) yang dapat menyebabkan keracunan.

- Terhindar dari makanan yang diradiasi dalam proses pengawetan

- Peduli terhadap lingkungan alam.

Yang harus diperhatikan

- Pilih sayuran, buah-buahan, atau daging yang memang telah memiliki label jelas

- Cuci sayur atau buah organik dengan air yang mengalir (keran) beberapa kali, atau cuci dengan kalium fermanana yang merupakan bagian dari pencuci hama. Tujuannya supaya sayuran terhindar dari sisa telur ulat.

Rebuslah sayuran dengan panas yang cukup, sehingga telur atau bakteri yang menempel akan mati. ***(Ibu & Anak)

ABSTRAK

Judul: PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG PERNAPASAN TERHADAP KAPASITAS FUNGSI PARU PETANI SAYURAN PENGGUNA PESTISIDA SEMPROT (2006 - Skripsi)

Oleh: Lambang Satria Himmawan -- 6450401051

Kata Kunci: Alat pelindung pernapasan, Kapasitas Vital Paru, Pestisida semprot.

Petani sayuran Dusun Duren Desa Duren Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang dalam mengelola tanaman sayuran selalu menggunakan pestisida semprot dan pada saat aplikasi (mencampur dan menyemprot) masih banyak petani yang tidak menggunakan alat pelindung pernapasan, dan apabila memakai alat pelindung pernapasan, alat pelindung yang dipakai adalah alat pelindung yang seadanya dan tidak memenuhi syarat kesehatan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pemakaian alat pelindung pernapasan dengan kapasitas fungsi paru pada petani sayuran pengguna pestisida semprot Dusun Duren Desa Duren Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh pemakaian pelindung pernapasan dengan kapasitas fungsi paru pada petani sayuran pengguna pestisida semprot Dusun Duren Desa Duren Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang

Rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian berjumlah 229 orang petani. Teknik yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah Purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu, sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang petani sayuran pengguna pestisida semprot di Dusun Duren Desa Duren Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan angket dan pemeriksaan kapasitas vital paru dengan menggunakan alat Spirometer Hutchinson.

Hasil penelitian tentang kebiasaan memakai alat pelindung pernapasan didapatkan bahwa 1 orang sampel mengatakan selalu memakai, 2 orang sampel kadang-kadang pakai, dan 17 orang sampel tidak pernah memakai, sedangkan hasil pengukuran kapasitas vital paru diperoleh nilai dari 2000 ml sampai 3500 ml

Dari uji statistik Regresi Linier Sederhana, diperoleh nilai Asymp.sig 0.029 dengan signifikan 0.05, didapatkan bahwa ada pengaruh antara pemakaian alat pelindung pernapasan dengan kapasitas fungsi paru pada petani sayuran pengguna pestisida semprot Dusun Duren. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan yaitu ada pengaruh antara pemakaian alat pelindung pernapasan dengan kapasitas fungsi paru pada petani sayuran pengguna pestisida semprot

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah penyuluhan kepada petani tentang bahaya pestisida dan pengelolaannya oleh pihak DKK semarang, Puskesmas Duren, Jurusan IKM, dan Dinas Pertanian, menyosialisasikan penggunaan alat pelindung pernapasan yang memenuhi standar kesehatan kepada para petani sayuran Desa Duren serta memonitoring penggunaan pestisida para petani oleh Dinas Pertanian, selain itu, untuk peneliti berikutnya dapat menggunakan variabel yang berbeda dan tempat penelitian yang lebih komplek.