Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 07 Oktober 2009

PESTISIDA

Jurnalnet.com (Jakarta): Jangan heran bila Anda menemukan beragam pangan organik dari pertanian lokal ataupun im[orl yang meramaikan rak-rak penjualan di berbagai supermarket. Aneka produk yang ditawarkan bukan hanya sayuran dan buah-buahan. Tetapi pada saat ini juga ada produk lainnya, seperti ayam, telur kampung, dan susu organik.

Sebagian besar produk organik tesebut mengklaim bebas pestisida, pupuk kimia, hormon pertumbuhan, dan benih transgenik. Karena kondisi itulah, maka perbaikan mutu kehidupan dan gaya hidup sehat, yang memacu masyrakat untuk melaksanakan gerakan "Kembali ke Alam" (Back to Narute). Gerakan ini berdasarkan apa yang berasal dari alam adalah baik dan berguna, dan segalanya yang baik di alam itu selalu dalam keadaan keseimbangan. Dan, pangan organis telah menjadi pilihan utama untuk memenuhi gaya hidup sehat ini.

Kesehatan Jangka Panjang

Lalu, apa sih makanan organik itu? Hingga saat ini sebagian orang masih bertanya-tanya mengenai makanan organik. Ada yang mengatakan sebagai makanan segar tanpa bahan kimia dan pestisida. Namun, banyak juga yang menganggap makanan jenis ini merupakan makanan khusus bagi mereka yang "menganut" gerakan kembali ke alam.

Akan tetapi terlepas dari pernyataan itu, harus diakui jenis makanan ini cukup baik untuk mengurangi efek buruk racun dari aneka macam bahan kimia dan pestisida. Boleh dikatakan, istilah makanan organik tidak sepenuhnya merujuk pada obyek makanan tersebut. Tetapi berkaitan dengan bagaimana proses produksi dan pengolahan makanan. Jadi, tidak ada salahnya anggapan jenis makanan diproduksi tanpa mengunakan bahan-bahan kimia beracun.

Mengonsumsi produk pertanian organik ternyata memberi banyak keuntungan, diantaranya bisa memperbaiki bagi manusia maupun lingkungan, demikian menurut Dr Drajat Martianto, staf pengajar Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya keluarga, Fakultas Pertanian, IPB, dalam Simposium Nasional: Pertanian Organik: keterpaduan Teknik Pertanian Tradisional dan Inovatif," di Fakultas Pertanian, Institute Pertanian Bogor (IPB), Bogor. Dalam tulisannya,"Pangan Organik dan Kesehatan Pangan", ia menjelaskan beberapa keuntungan mengonsumsi produk pertanian organik.

"Di Eropa sekitar 94% masyarakat sudah melirik produk pertanian organik, dengan alasan untuk menjaga kesehatan jangka panjang," telah membuktikan bahwa manusia telah mulai memikirkan kesehatan, apakah untuk diri sendiri atapun lingkungan dalam waktu jangka panjang. Memang, ia pun mengakui bahwa produk pertanian anorganik lahir dari rasa kekhawatiran manusia akan ketersediaan pangan di atas bumi ini.

Selain itu, ada keinginan untuk menyempurnakan penampilan produk pertanian yang sesuai kehendak manusia. "Maka mulai dikembangkan berbagai zat kimia untuk mempercepat pertumbuhan dan memperbesar kuantitas yang diinginkan, salah satunya pestisida," ujarnya.

Namun, beberapa waktu kemudian kita mulai menyadari bahwa produk pertanian anorganik memiliki dampak negatif terhadap kehidupan manusia dan lingkungan. "Dari situlah muncul pemikiran untuk kembali ke alam dengan meminimalkan zat kimia beracun pada produk pertanian, dengan mengembangkan pertanian organik," katanya.

Menurutnya lagi, penanganan produk pertanian organik bisa dikembangkan dengan mengganti zat-zat kimia yang lebih bersahabat, seperti penggunaan rempah-rempah dan produk alami lainnya. Meskipun pananganan produk pertanian organik memerlukan perlakuan yang lebih spesifik, larena meminimalkan proses handling, seperti pengemasan dan lain-lain.

Bebas bahan kimia

Membicarakan masalah pangan organik, tidak bisa melupakan jasa Mokichi Okada pada tahun 1935. Dialah yang awalnya memperkenalkan pengertian pertanian organik. Konsep itu berkembang dari konsep pertanian akrab lingkungan yang kemudian dikenal dengan konsep Kyusei Nature Farming (KNF).

Konsep ini memiliki lima prinsip, yakni menghasilkan makanan yang aman dan bergizi, menguntungkan baik secara ekonomi maupun spiritual, mudah dipraktikkan dan mampu langgeng, menghormati alam dan menjaga kelestarian lingkungan, serta menghasilkan makanan yang cukup untuk manusia dengan populasi yang semakin meningkat.

Pangan organik menurut ahli teknologi pangan Prof Dr FG Winarno dalam tulisannya, Pengantar Pertanian Organik, yang disebut pertanian dan pangan organik adalah "pangan yang diproduksi tanpa pupuk kimia atau artifisial dan atau pestisida sentetis, tetapi menggunakan pupuk organik seperti menur dari kotoran dan feses ternak, yang dikenal sebagai pupuk kandang serta kompos yang terbuat darii limbah hasil panen yang telah mengalami fermetnasi spontan. Sedangkan yang dimaksud dengan pestisida alami, misalnya predator spesies binatang."

Pangan organis merupakan produk pangan segar seperti sayuran dan buah-buahan, setengah jadi atau pangan jadi (pangan olahan/PO). yang dihasilkan dari pengembangan pertanian organis. Pengembangan pertanian organis merupakan budidaya yang memperhatikan keharmonisan, keanekaragaman, dan kelestarian alam.

Praktiknya lebih banyak menggunakan bahan alami yang terdapat di alam, tanpa mengggunakan bahan kimia untuk pertanian, tidak mengandung bahan-bahan hasil rekayasa genetik, serta tidak menggunakan bahan-bahan iradiasi untuk tujuan pengawetan produk. Jadi, pangan organis menekankan pada tingkat seminimal mungkin penggunaan asupan non-alami.

Mengenali produk organik

Cara gampang untuk mengenali, apakah sayuran atau buah-buahan menggunakan pestisida adalah dengan memilih sayuran atau buah-buahan yang tidak terlalu mulus. Karena biasanya sayuran yang daunnya betul-betul mulus tanpa cela menunjukkan si petani menggunakan pestisida berlebihan. Sebaliknya, sayuran yang daunnya berlubang atau batangnya berulat menandakan petani menggunakan hanya sedikit atau tanpa pestisida. Itu sebabnya, di negara-negara maju justru sayuran atau buah-buahan yang cacat akibat digigt ulat, harganya lebih mahal dibandingkan yang mulus.

Sayuran organis seperti kacang panjang, buncis dan wortel terasa manis dan renyah, kesegarannya juga lebih tahan lama. Dan, nasi yang berasal dari beras organis beraroma wangi, empuk dan lebih awet. Namun mesti diingat bahwa cara di atas merupakan informasi awal untuk mengetahui keorganisan proudk, tetapi bukan jaminan keroganisan produk. karena tidak selalu organis berpenampilan tidak mulus, ini dapat diperoleh bila proses monitoring dalam proses budidaya dapat berjalan dengan baik. Kualitas pangan organis, ditentukan oleh bagaimana produk tersebut dihasilkan. Proses budidaya PO menjadi jaminan keorganisan pangan organis (organically produced).

Kandungan Nutrisi Sama

Ada anggapan bahwa bahan pangan organik lebih banyak mengandung nutrisi daripada bahan pangan biasa. Padahal sebenarnya, bahan pangan organik dan non organik memiliki kandungan danjumlah nutrisi yang sama. Yang membedakan hanyalah bahan pangan organik sama sekali tidak mengandung bahan pestisida. Sedangkan bahan pangan non-organik masih mengandalkan 'kesaktian' pupuk yang mengandung bahan kimia. Satu lagi, karsinogen yang terdapat du dalam sayuran selalu ada tanpa peduli itu tanaman organik atau bukan.

Walaupun belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan pangan yang dihasilkan dari pertanian organik lebih sehat, bergizi, dan aman, sebagian pakar mengatakan bahwa hasilmya relatif sama dengan pangan konvensional lainnya. Sebuah penelitian di Universty of Georgia menunjukkan bahwa pangan organik sedikit lebih besar peluangnya untuk tercemar E. Coli, bakteri dari kotoran sapi yang sering menyebabkan sakit perut.

Keunggulan pangan organik

- Bebas residu bahan kimia (pestisida, pupuk, hormon, pakan aditif)

- Aman bagi kesehatan

- Relatif tahan lama, basi dan busuk.

- Rasanay lebih enak (manis, renyah)

- Warna fisiknya lebih alami

- Harga relatif lebih baik/mahal

Pilihan terhadap pangan organik

- Terhindar residu pestisida kimia

- Terhindar antibiotik berlebih

- Mencegah penyaki yang timul sebagai ekses dari proses produksi (salmonella, Listeria, Campyla bacter, dsb) yang dapat menyebabkan keracunan.

- Terhindar dari makanan yang diradiasi dalam proses pengawetan

- Peduli terhadap lingkungan alam.

Yang harus diperhatikan

- Pilih sayuran, buah-buahan, atau daging yang memang telah memiliki label jelas

- Cuci sayur atau buah organik dengan air yang mengalir (keran) beberapa kali, atau cuci dengan kalium fermanana yang merupakan bagian dari pencuci hama. Tujuannya supaya sayuran terhindar dari sisa telur ulat.

Rebuslah sayuran dengan panas yang cukup, sehingga telur atau bakteri yang menempel akan mati. ***(Ibu & Anak)

ABSTRAK

Judul: PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG PERNAPASAN TERHADAP KAPASITAS FUNGSI PARU PETANI SAYURAN PENGGUNA PESTISIDA SEMPROT (2006 - Skripsi)

Oleh: Lambang Satria Himmawan -- 6450401051

Kata Kunci: Alat pelindung pernapasan, Kapasitas Vital Paru, Pestisida semprot.

Petani sayuran Dusun Duren Desa Duren Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang dalam mengelola tanaman sayuran selalu menggunakan pestisida semprot dan pada saat aplikasi (mencampur dan menyemprot) masih banyak petani yang tidak menggunakan alat pelindung pernapasan, dan apabila memakai alat pelindung pernapasan, alat pelindung yang dipakai adalah alat pelindung yang seadanya dan tidak memenuhi syarat kesehatan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pemakaian alat pelindung pernapasan dengan kapasitas fungsi paru pada petani sayuran pengguna pestisida semprot Dusun Duren Desa Duren Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh pemakaian pelindung pernapasan dengan kapasitas fungsi paru pada petani sayuran pengguna pestisida semprot Dusun Duren Desa Duren Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang

Rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian berjumlah 229 orang petani. Teknik yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah Purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu, sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang petani sayuran pengguna pestisida semprot di Dusun Duren Desa Duren Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan angket dan pemeriksaan kapasitas vital paru dengan menggunakan alat Spirometer Hutchinson.

Hasil penelitian tentang kebiasaan memakai alat pelindung pernapasan didapatkan bahwa 1 orang sampel mengatakan selalu memakai, 2 orang sampel kadang-kadang pakai, dan 17 orang sampel tidak pernah memakai, sedangkan hasil pengukuran kapasitas vital paru diperoleh nilai dari 2000 ml sampai 3500 ml

Dari uji statistik Regresi Linier Sederhana, diperoleh nilai Asymp.sig 0.029 dengan signifikan 0.05, didapatkan bahwa ada pengaruh antara pemakaian alat pelindung pernapasan dengan kapasitas fungsi paru pada petani sayuran pengguna pestisida semprot Dusun Duren. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan yaitu ada pengaruh antara pemakaian alat pelindung pernapasan dengan kapasitas fungsi paru pada petani sayuran pengguna pestisida semprot

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah penyuluhan kepada petani tentang bahaya pestisida dan pengelolaannya oleh pihak DKK semarang, Puskesmas Duren, Jurusan IKM, dan Dinas Pertanian, menyosialisasikan penggunaan alat pelindung pernapasan yang memenuhi standar kesehatan kepada para petani sayuran Desa Duren serta memonitoring penggunaan pestisida para petani oleh Dinas Pertanian, selain itu, untuk peneliti berikutnya dapat menggunakan variabel yang berbeda dan tempat penelitian yang lebih komplek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar